Powered By Blogger

Sabtu, 30 Maret 2013

TEHNIK DASAR LATIHAN PERCUSSION LINE

tehnik dasar latihan I. Roll Rudiments A. Single Stroke Rudiments 1. Single Stroke Roll 2. Single Stroke Four 3. Single Stroke Seven B. Multiple Bounce Rudiments 4. Multiple Bounce Roll 5. Triple Stroke Roll C. Double Stroke Rudiments 6. Double Stroke Open Roll 7. Five Stroke Roll 8. Six Stroke Roll 9. Seven Stroke Roll 10. Nine Stroke Roll 11. Ten Stroke Roll 12. Eleven Stroke Roll 13. Thirteen Stroke Roll 14. Fifteen Stroke Roll 15. Seventeen Stroke Roll II. Diddle Rudiments 16. Single Paradiddle 17. Double Paradiddle 18. Triple Paradiddle 19. Paradiddle-Diddle III. Flam Rudiments 20. Flam 21. Flam Accent 22. Flam Tap 23. Flamacue 24. Flam Paradiddle 25. Flammed Mill 26. Flam Paradiddle-Diddle 27. Pataflafla 28. Swiss Army Triplet 29. Inverted Flam Tap 30. Flam Drag IV. Drag Rudiments 31. Drag 32. Single Drag Tap 33. Double Drag Tap 34. Lesson 25 35. Single Dragadiddle 36. Drag Paradiddle #1 37. Drag Paradiddle #2 38. Single Ratamacue 39. Double Ratamacue 40. Triple Ratamacue
PEMANASAN DASAR BATTERY PERCUSSION 8-8-16—–> download Pemanasan ini merupakan pemanasan paling dasar dan umum dari segala pemanasan-pemanasan yang ada. diwajibkan kepada para pemain agar dapat menguasai pemanasan ini hingga pada level speed yang terakhir (untuk pemula minimal 5 hari dapat dikuasai, tentunya dengan memerhatikan grip tangannya ya). TUJUAN Untuk merenggangkan pergelangan dan otot-otot sekitar lengan hingga jari, kelingking. Selain itu pada pemanasan ini disertakan bantuan tempo dengan birama 1/4 pada tiap-tiap beat agar para pemain dapat mendengarkan dan merasakan perubahan tempo serta menguasai tempo dengan mark time/beating dalam hati. PERHATIAN Pemanasan ini sangat dasar dan wajib. Diharapkan pemain dapat mengusainya dengan sangat baik hingga level terakhir dengan tempo dan kesamaan suara yang tepat. DIDDLE/ ROLL AnB——>download Pemanasan ini merupakan dasar utama dari pembentukan pola pukulan rolls dengan teknik pukulan double stroke (contoh pemanasan tingkat lanjut menggunakan teknik double stroke dapat didengar langsung pada pemanasan diddle combo, building rolls, dan tripolet), penguasan pemanasan ini hingga pada level akhir sangat diwajibkan, dikarenakan banyaknya pemakaian teknik pukulan double stroke akan digunakan dalam materi-materi lagu baik yang berpola sederhana maupun yang sangat kompleks dengan tempo cepat. TUJUAN Pemanasan ini sangat penting untuk melatih kesamaan, kekuatan dan ketepatan suara pada tiap pukulan baik pada not pertama dan not keduanya pada tiap-tiap pukulan , selain itu tempo yang dipakai pada permulaan yang sangat lambat dapat membantu pemain agar dapat berkosentrasi pada tiap-tiap pukulan hingga pada level terakhir agar tetap (sekali lagi) sama, kuat dan tepat kedua suaranya PERHATIAN Untuk pemanasan DIDDLE/ROLL AnB diharapkan dikuasai terlebih dahulu baru diperbolehkan untuk beranjak pada pemanasan-pemanasan tingkat lanjut yang menggunakan teknik double stroke seperti pemanasan diddle combo, building rolls, dan tripolet MISSION IMPOSSIBLE AKSEN———->download Pemanasan ini merupakan pemanasan dasar untuk melatih pukulan aksen besar dan aksen kecil, pembedaan aksen besar dan kecil adalah berkisar 30-25 cm untuk aksen besar dan 10-5 cm untuk aksen kecil dan selalu konsisten. TUJUAN Pemain diharapkan dapat membedakan dan menerapkan dengan baik pembedaan tiap-tiap aksen dengan benar dan suara tidak menjadi ambigu atau aneh dikarenakan adanya suara perantara antar aksen besar dan aksen kecil, pada pemanasan ini dapat melatih pemain dalam proses pengontrolan tangan dengan sangat baik PERHATIAN Pemanasan ini sepintas sangat sederhana, tetapi dalam penerapannya mungkin diperlukan ketelitian suara, tenaga (power) pukulan dan ketinggian stik yang sempurna untuk menghasilkan suara yang brilian, mohon agar ketiga aspek tersebut diperhatikan dalam tiap-tiap perulangan pada pemanasan ini. DENNIS COMBO———–>download Pemanasan ini merupakan pemanasan pembentukan pola pukulan sixtool , yaitu pukulan dengan 6 pukulan dengan doublehand (kedua tangan) dalam satu ketuk. TUJUAN Pemanasan ini akan membentuk kecepatan tangan dalam periode yang kecil, meluweskan pergelangan tangan dan mengatur tempo dan irama tangan seta membantu meningkatkan skill pengontrolan pukulan tangan PERHATIAN Diharapkan pemain sangat memfokuskan pemanasan ini pada pola pukulan sixtool-nya agar pemain dapat mencapai persamaan suara dan ketepatan yang sempurna. DIDDLE/ROLLS COMBO————->download Pemanasan ini merupakan pemanasan dasar tingkat lanjut memakai teknik pukulan double stroke untuk menghasilkan pola pukulan rolls/diddle dengan doublehand (kedua tangan), yang dimana pada perulangan kedua pukulan pertama diddle/rolls diawali dengan aksen besar (anda tidak usah mengikuti aksennya, hal tersebut hanya untuk membantu timing saudara untuk memulai rollsnya saja) dengan pola pukulan (menjadi seperti) 1/16. TUJUAN Pemanasan ini dapat mempelancar pembentukan suara yang tepat dan ketepatan tempo dalam melakukan diddle rolls dalam bermain musik, dengan power dan tekanan stik yang sama pada tiap-tiap pukulannya (apabila dilakukan dengan cara memukul double stroke dgn benar) dapat menciptakan pukulan double stroke yang sangat baik ( seperti suara rentetan tembakan senjata mesin). PERHATIAN Pemain diharapkan dapat menguasai teknik tersebut hingga pada level akhir agar dapat mempermudah dalam penguasaan materi berteknikan pola-pola pukulan diddle/rolls. BUILDING ROLLS———–>download hampir sama dengan pemanasan diddle/rolls combo, Pemanasan ini dapat membantu pemain dalam pengkonsentrasian lebih pada tiap-tiap pukulan diddle/rolls. TUJUAN Pemanasan ini bertujuan untuk membangun pola pukulan rolls/diddle dengan baik. Pada pola birama perulangan pertama pemain diajak berkonsentrasi padapukulan double stroke not pertama dengan tangan kanan, pada perulangan birama kedua oleh not kedua dengan tangan kiri, perulangan birama ketiga pada not 1 dan 2 dengan tangan kanan dan kiri, pada perulangan birama keempat pada not 2 dan 3 oleh tangan kiri dan kanan dan yang diakhiri dengan diddle/rolls satu birama penuh pada perulangan birama terakhir. PERHATIAN Perhatikan tiap-tiap pola sebelum pola terakhir (tiap perulangan berganti-ganti pola), diharapkan pemain dapat melakukannya dengan baik agar pola tersebut dapat dikuasai, biasanya pola terakhir (pola diddle rolls satu birama), akan terdengar lebih kacau atau lebih lambat dan tidak bertenaga bila pola sebelumnya belum dapat dikuasai dengan benar. TRIPOLET————>download Pemasan ini merupakan pemanasan tingkat lanjut yang merupakan penggabungan dari beberapa teknik, yaitu diddle, aksen diddle, tempo birama 1/8 dengan teknik pukulan single dan double stroke dan pukulan tripolet. TUJUAN Pemain agar dapat menguasai dengan detail tiap-tiap pukulan pemanasan ini dengan bermain bersih dan rapi agar mempermudah dalam bermain musik yang bermaterikan pemanasan ini, selain itu pemanasan ini dapat melatih otak dalam berpikir selagi bermain musik atau pemanasan. PERHATIAN Pemanasan ini sedikit rumit, tetapi penguasan dari pemanasan ini sangat berarti bagi pemain perkusi selagi dalam bermain musik, selain melatih control tangan, pemanasan ini sangat melatih otak dalam berkonsentrasi, diharapkan pemain memperhatikan tiap-tap pukulannya dengan detai dan baik.

Selasa, 26 Maret 2013

The Colors of Color Guard

The Colors of Color Guard Color is a part of all our lives. We ‘feel blue’, see the world through ‘rose-colored glasses’ and can have ‘black moods’. Colors affect us emotionally. Our reactions to color are both instinctive and learned. Instinctive reactions appear to be universal; learned reactions are a product of cultural influence. Culture plays a large part in our perceptions and feelings about color. Red Red! The color of a morning sunrise, of a campfire, of a delicious apple or a tree in its last thrush of fall color. It is a Stingray Corvette breaking speed records on the Autobahn. Reds evoke our deepest and most dangerous emotions. Red is the color of blood, aggression, danger, war, and violence. A man and a girl wearing red bring two different images to the mind. Red is Salomae in her seven veils, dancing feverishly before Herod. Red is excitement, energy, desire, speed, strength, power, heat, love, fire, and all things passionate. Green Like most colors, the wrong green can make or break your show. Green can be used to evoke calming or invigorating thoughts of nature, fertility, renewal, spring, and environment. Other uses of green are to indicate good luck, good or poor health, youth, vigor, generosity. Emotionally, green can convey jealousy, inexperience, envy, or misfortune. Blue Blue skies, blue water, sacred blue… the color that most identifies our world and our most precious source of life and renewal: water. Blue suggests peace, tranquility, and calm. It can also speak of stability, harmony, unity, trust, truth, confidence, security, cleanliness, order, and loyalty. In Greece, blue is the color of virginity. On the darker side, blue can indicate depression and physical or emotional coldness. Yellow Yellow is the color of joy, happiness, optimism, idealism, imagination, hope. It is the sun in the sky, the color of summer and gold and wealth. However, studies show that, in décor at least, yellow creates feelings of anxiety and unease. This color can be used to design an atmosphere of betrayal, deceit, dishonesty, cowardice, jealousy, covetousness, or illness. Brown Brown evokes comfortable earthy feelings of home and hearth. Brown can call to mind the deep musty giving soil of our Earth, the outdoors with its tall trees. It is symbolic of reliability, the endurance and stability of trees and rocks, rural country, all things archaic and ancient. The color of the peasant caste, brown is also associated with poverty, body functions, filth and “off-color” humor. White Use this color with care; its symbolic burden is heavy. For most of western culture, white is the color of virginity. However, in many Asian cultures, white is the color of mourning, the color of death. Here are some of the more common emotions or states most commonly associated with white: reverence, purity, cleanliness, peace, humility, innocence, youth, birth, winter, snow, good, sterility, marriage, and death. Black Westerners view black as somber, and its most common symbolic use is to express mourning and death. However, this does not explain its popularity in costuming and staging. Black is used to provide depth and anonymity to a stage. It can express power, formality, sophistication, style, elegance, and wealth. Black is a backdrop for our darker emotions: fear, evil, unhappiness, sexuality, mystery, sadness, remorse, and anger. Though there are many ways to convey ideas physically, using color deliberately can enhance the layers of your message. It adds to the information being processed by the audience and can help them understand your intentions. Used carelessly, color can muddle your show with unintended ideas and symbolic baggage.

Optimalisasi Pearl Marching Bass Drum

Optimalisasi Pearl Marching Bass Drum Oleh : Nimon Pearl Drum Indonesia Marching Artist Endorser Pendahuluan Dewasa ini bentuk aransemen perkusi marching mempunyai berbagai macam variasi. Dari masing-masing variasi tersebut mempunyai kecenderungan berbentuk melodius. Hal ini terjadi akibat dari pengaruh aransemen keseluruhan yang memaksa Bass Drum mempunyai aransemen yang lebih harmoni dan mengalir supaya tidak menghancurkan harmoni keseluruhan. Pertanyaannya adalah bagaimana mengoptimalkan suara bass drum marching sehingga tercapai harmoni yang diinginkan? Untuk itu kita harus mempersiapkan segala hal dalam mencapai karakter suara yang diinginkan. Dalam pembahasan berikut ini saya akan coba memaparkan bagaimana saya tuning bass drum khususnya dalam mempersiapkan Madah Bahana Universitas Indonesia dalam setiap kompetisi. Alat-alat yang diperlukan : Kunci drum untuk tekanan tinggi, atau yang biasa disebut dengan hi-tension tuning key, ini akan mengurangi kelelahan tangan ketika mengencangkan tekanan drumhead. Busa peredam untuk meredam suara bass drum agar tidak terlalu bergaung. Biasanya berukuran 2”persegi sampai dengan 5”persegi. Drumhead atau kadang-kadang disebut dengan membran. Drumhead yang biasa dipakai untuk bass drum oleh banyak pabrikan drum adalah Remo Smooth White Ambassador. Pelumas bila diperlukan saja. Ini biasanya dipakai untuk melumasi baut-baut yang lama dan keras agar pemasangan lebih gampang. Bisa memakai WD40 atau kalau tidak ada bisa memakai body lotion. Pemasangan busa Ada berbagai macam cara untuk memasang busa, itu semua tergantung karakter suara yang diinginkan pelatih. Beberapa cara tersebut ialah : 1. Dipasang di bagian rim (luar). Dengan cara ini semakin besar ukuran bass drum semakin besar pula ukuran persegi busanya, atau bila memakai ukuran busa yang sama semakin banyak permukaan yang menempel ke bass tersebut. 2. Dipasang di bagian shell (dalam). Caranya sama dengan diatas. 3. Dipasang di bagian Drumhead. Dengan cara ini semakin kecil ukuran bass drum semakin dekat busanya dengan tengah drumhead, agar ruang lingkup redamnya semakin kecil pula. Berikut ini contoh posisi busa yang dipakai pada seksi bass drum Santa Clara Vanguard. Pada prinsipnya pemasangan busa pada bass drum diserahkan sepenuhnya kepada pembuat lagu dan pelatih. Karena masing-masing mempunyai keinginan karakter suara yang berbeda. Pada Madah Bahana Universitas Indonesia memakai cara yang kedua, pada Carolina Crown memakai cara yang pertama dan pada Santa Clara Vanguard memakai cara yang ketiga. Bahkan ada yang mengkombinasikannya seperti pada Blue Coats. Jadi silahkan anda mencoba semua cara diatas sampai anda mendapatkan karakter suara yang anda inginkan. Nada Bass Drum Karena marching bass drum mempunyai ukuran yang berbeda-beda maka akan semakin mudah untuk mendapatkan nada yang benar. Pada dasarnya semua drum tidak mempunyai nada yang seharusnya begini atau seharusnya begitu. Tetapi yang dimiliki adalah nada yang terdekat dari nada seharusnya. Yang terpenting dalam mendapatkan nada bass drum adalah : Sesuaikan nada dasar bass drum pada nada dasar keseluruhan lagu yang akan dimainkan Jarak nada antara masing-masing bass drum. Dalam tuning bass drum sebaiknya dimulai dari bass drum paling kecil, karena bass drum ini selain membutuhkan paling banyak tenaga untuk mengencangkannya juga mempunyai nada yang lebih pasti. Lalu kemudian ke bass berikutnya mengikuti interval yang ada. Dalam mengencangkan drumhead sebaiknya dilakukan secara menyilang agar dapat kekuatan yang merata. Dan usahakan untuk menyamakan nada antara head kiri dan head kanan dengan cara mengencangkan sedikit demi sedikit kiri dan kanan. Untuk mendapatkan nada yang lebih akurat coba dengan memukul head tersebut tapi head yang diseberangnya diredam, dan jangan lupa pastikan nada di setiap sisi baut mempunyai tekanan yang sama, caranya pukul pinggiran drumhead sambil sedikit menekan bagian tengah drumhead agar tidak terganggu dari nada-nada yang keluar dari efek getaran yang tidak diperlukan. Berikut ini adalah beberapa jarak dalam beberapa susunan bass drum. Jarak untuk susunan 4 (Empat) Bass Drum Menjaga Tuning Untuk mendapatkan tuning yang enak dan pas tidak bisa langsung setelah pemasangan drumhead. Drumhead yang baru butuh masa untuk perenggangan bahan drumheadnya. Ketika tuning sudah dapat usahakan agar tetap terjaga nadanya agar hasil getaran drumhead akan maksimal pada tekanan tersebut. Biasanya butuh beberapa hari sampai dapat karakter suara aslinya. Dan masing-masing pemain harus sensitive terhadap nada bass drumnya masing-masing, agar ketika ada perubahan sedikit pada tekanan dan nada bisa langsung dikoreksi. Penempatan Pemain Untuk bisa mendapatkan orang yang tempat pada tempat yang tepat, kita harus menelaah ulang pada beberapa faktor, yaitu : • Karakter masing-masing bass drum 1. Bass drum paling kecil mempunyai tekanan paling kencang sehingga sustain suaranya sangat pendek seperti snare drum dan semakin besar bass drum-nya semakin panjang sustainnya. 2. Semakin besar bass drumnya semakin susah mallet memantul di drumhead, karena tekanan pada bass drum yang lebih besar lebih sedikit. 3. Bass drum paling kecil memerlukan sedikit power karena malletnya kecil juga, dan semakin besar bass drumnya semakin besar tenaga yang dibutuhkan. 4. Semakin besar bass drumnya semakin berat pula beban yang harus diangkat 5. Bass drum paling kecil mempunyai karakter untuk membantu snare drum, jadi sering dipakai untuk variasi rudiment. 6. Bass drum tengah dan paling besar mempunyai karakter berperan besar pada rythim yang kuat dan unison sehingga benar-benar menghasilkan satu pukulan yang pasti dan penuh. 7. Bass drum diantara mempunyai karakter berperan besar dalam not-not singkop dan kemampuan menyambungkan not split/tonal. • Karakter calon pemain Calon pemain bass drum, yang pasti harus mempunyai satu kekuatan utama yaitu kuat dalam timing. Namun masing-masing biasanya ada kelemahan di bidang lain ataupun kekuatan seperti : 1. Kuat dalam pukulan-pukulan variasi snare/ penguasaan rudiment yang baik dan mampu bermain cepat dengan volume yang penuh. 2. Orang yang mempunyai timing dan groove yang kuat 3. Orang yang pukulannya bulat dan kuat. • Aransemen bassdrum Aransemen bass drum harus diperhatikan apakah banyak berbentuk melodius, rhytmitic atau unison. Ada beberapa aranjer yang menyesuaikan aransemen bass drumnya dengan karakter masing-masing pemainnya. Tapi untuk kompetisi aransemen bass drum tidak menyesuaikan kepada pemain tetapi pemain yang menyesuaikan ke aransemen bass drum agar harmonisasi lagu dapat tercapai. Aransemen tersebut biasanya merupakan gabungan dari semua unsur musik sehingga mencapai hasil yang maksimal. Jadi bass drum adalah salah satu faktor yang sangat harus diperhatikan dalam perkusi marching. Kemampuannya untuk tonal dan suaranya yang paling gampang didengar karena rendah, menuntut kesempurnaan bunyi dari segala hal. Bass drum seperti fondasi dalam perkusi marching, bila fondasi kuat maka satu seksi akan kuat. Tulisan ini merupakan salah satu sudut pandang saja, merupakan salah satu pengalaman yang saya punya untuk dibagi kepada yang lain. Beberapa pelatih lain mungkin mempunyai cara yang berbeda. Semoga tulisan ini dapat membantu dan menambah wawasan para Marching Banders Indonesia.

Part II : The Playing of the Drum – now to the fun stuff

I. Playing Zones (sweet spot) While the surface of each drumhead makes a pretty large target, the actual playing zones are much smaller. The drums put out the strongest sound if struck two inches from the rim and since tenor music tends to move around the drums a lot, the zones are places as close together as possible to limit the distance the mallets have to travel. Pictured above are the playing zones for each drum. The red dots show where the right hand plays; the yellow dots show where the left hand plays. As you can see, the path is almost a straight line across the drums and if you look at the drumheads of experienced tenor players, these will be the only spots with any marks on them. II. Stroke Guidelines The basis for playing a drum starts with gripping the stick properly. The goal is to get each tenor player playing the same. If everyone grips the stick the same way, and looks the same while playing, we should develop a strong, mature sound as a tenorline. The absolute goal is a beautifully balanced, strong sound. 1. Maintain the grip: The grip is set up to make playing the drum easier. If you follow the guidelines of the grip precisely, you will improve as a drummer faster than you can imagine. The key is to never sacrifice your grip for anything – to play louder, you think it looks cooler to do it differently, to learn music you neglect the technique so you don’t have to think as much – none of these are good reasons to sacrifice grip, which makes sense because there is never any reason to sacrifice grip. To be very simple, put your fingers where they belong and NEVER LET GO OF THE STICK. 2. Play from the wrist: While maintaining the grip, you must initiate the stroke from your wrist. If your arm is the first thing to move, this is incorrect. Bend your wrist naturally and turn to the desired height, do not use arm. Then, complete the stroke by returning your wrist to where it started. Do not aid your wrist turn by letting go with your fingers, or by raising your arm. Just let your wrist do the work. 3. Use rebound: Rebound is a hard concept to understand at first, but is very useful once it is understood. The best way to think of it is like dribbling a basketball. When dribbling a basketball you do not throw the ball down and stop your hand as the ball comes back up to it. Your hand remains in constant motion, moving with the ball, instead of stopping it, picking it up, and throwing it back down. This is the same idea you will use with your stick. You have to let the stick bounce off of the head and come back up into your hand without stopping it, without taking any fingers off the stick. Because of the tight drumhead and weight of the mallet, getting rebound is easier on tenors than any other drum. This being said, you should be able to grasp this concept fairly quickly. 4. Play Hard: In order to achieve a strong, mature sound, we must play hard using rebound all the time. Play the same way at lower heights as you would at higher heights. Accented notes are exactly the same as unaccented notes; accented notes are just played higher. Really give that some thought because it takes a while to completely grasp that concept. 5. Height of rise consistency: Height of rise is simply the height that the stick reaches by turning your wrist. It must be consistent in two ways. A single player must be able to reach the same height consistently to develop a mature individual sound. Secondly, each player must be consistent with height of rise in regards to everyone else’s height of rise. Each person must turn their wrist to the same height in order to achieve an overall clean, tight sound. The heights will be 3”, 6”, 9”, 12”, 15”, 18”. 6. Control the opposite (resting) stick: This has two applications – look and sound. While playing longer phrases with only one hand, the other hand must remain under control and in its position. This is so everyone looks the same, which is crucial in this activity. Also, it will improve the attack of the hand that is resting. If everyone starts from the same position, there is a better chance that everyone will hit the drum at the same time. To sum up, just don’t let the hand that isn’t playing, float out of position. 7. Relax: It is as simple as that. Relax. Relax everything as you play. Relax your body and your mind. If you think too much while you play it will show with choppy, anxious looking strokes. As you play, especially as you get faster, your body will naturally want to tense up. Use your mind to fight that urge because it is the opposite of what you want to do. As you get faster you want to relax more so you can move easier. If you tense up, your hands will slow down. Just relax. III. Types of Strokes: There are two types of strokes that we will use to play the drum. These are Legato and Staccato. However, the stroke which will be used the vast majority of the time is Legato. Legato – There are many terms that go along with the legato stroke. These are rebound, upstroke, and relaxed. It is only achieved by rebounding the stick off of the head without stopping the stick. See Number 3 under the “Stroke Guidelines” section to see how to play a legato stroke. Staccato – When you play a staccato stroke you will hear terms like downstroke and catch the stick. The only time we will use a staccato stroke is for a darker, more abrupt sound out of the drum. To play a staccato stroke, you project the stick downward through the drumhead and catch it without rebounding the stick. But, like it was stated earlier, we will hardly ever use this stroke. IV. The Axes of Power The most direct path will always take the least time and take the least amount of energy. In playing passages around the drum, one must realize that there are two separate motions taking place. Your hands are guiding the mallets along two axes: the X axis and the Y axis. The X Axis – The X axis is the horizontal axis. Upon this axis the forearms will move the hands around the drums from side to side. The Y axis is the vertical axis. Upon this axis the forearms, wrists and fingers move the mallet straight up and down. Most quad drumming errors are caused by the confusion between these two planes and the lack of maintaining accuracy upon each axis. A quad player should be able to focus on the X and Y axes independently while playing through a phrase. The Y Axis – The Y axis should be the first priority when playing around the drums. The way to manipulate this axis is by playing a passage on one drum. Some players rely on “around” patterns to get through certain passages. If you can’t play it on one drum, then you certainly won’t be able to play it around the drums with any accuracy. After mastering a passage on one drum, you will be able to play it around the drums with better sound quality, mallet heights and dynamics. A player should be able to focus on the hand’s movement, heights and velocity through the drumheads while playing through any given passage around the quads. The Y axis must not get melded with the X axis in order to play with a consistent quality of sound, good mallet heights and dynamics. V. Applying the axes to your Stroke 1. One Drum When playing a passage on one drum, the path of the mallet should be straight up and down. A common mistake is to let the mallet move in an elliptical (oval shaped) motion, especially with the left hand. This can be fixed by watching your hand in the mirror and adjusting your grip to make the mallet move solely along the Y axis (vertically). 2. Around the Drums When moving from one drum to another, the path of the mallet should be a perfect arc. Below are some guidelines that, if followed, will bring you success in navigating around the drums. i. Keep height of rise consistent – It is not necessary to change the height of rise to play on two different drums. ii. Pivot solely from your elbow – do not turn your wrist from side to side to reach other drums, this changes your grip and stroke path and creates an inconsistent sound. iii. Keep the rest of your body still – you don’t need to throw your shoulders about to play difficult passages. And I promise that it will be easier without the extra movement. Plus you don’t want to look like you are convulsing. iv. RELAX – this is a common theme throughout the packet because it is so vital to your success as a drummer. It’s pretty simple: if you are tens Jeffrey Cramer, With Input from James P. Ancona, Bill Bachman, and Michael Windish

Pemanasan Dasar Battery Percussion

Hallo para Marching Mania, Khususnya para Batter’s percussion. Salam kenal dari saya Yudhit dan Reza (my brother include my ex-coach). Disini kami ingin berbagi ilmu kepada teman-teman sekalian mengenai suatu kerjaan iseng-iseng kami semasa aktif dalam bermain Marching di section Battery percussion, yaitu sebuah paket audio pemanasan sederhana yang dapat anda gunakan diluar jam latihan. Dijaman yang serba praktis saat ini, tentunya tidak mudah untuk mengerti akan tuntutan dalam bermain marching yang semakin berorientasikan akan kesempurnaan dalam bermain. Kenyataannya, yang serba praktis pastinya takkan pernah sempurna. Kesempurnaan tidaklah susah, hanya membutuhkan ketekunan dan kesabarannya dalam mengolah dan mengasahnya, dan semuanya berasalkan pada hal yang sangat-sangat sederhana, yaitu basic (dasar). Paket latihan ini sebenarnya sudah sangat lama kami buat, alasannya sederhana saja, yaitu untuk membantu skill individu dalam melatih power, timing dan kecepatan maupun ketepatan dalam bermain. Paket ini dapat sangat membantu para pemain dalam meningkatkan kemampuan dasarnya yang ternyata masih bermasalah, biasanya permasalahan itu sangat mengganggu dan menimbulkan ketimpangan dalam bermain musik bersama tim. Paket latihan ini adalah salahsatu solusi akan permasalahan tersebut, karena si pemain yang bersangkutan dapat memperbaiki dengan melatih basic-nya sendiri tanpa harus menyita waktu di jam latihan tim, paket ini dapat gunakan dimanapun, kapanpun sendiri, sangat praktis dan efektif (bila anda benar-benar berlatih dan menggunakannya, tentunya dengan pegangan grip stik yang benar pula). Berikut keterangan dari paket pemanasan dasar yang kami sediakan (free). Penamaan dari beberapa nama latihan pemanasan dibawah ini mungkin mempunyai kemiripan nama atau bentuk dengan pemanasan yang pernah anda mainkan, hal ini merupakan hal yang wajar karena bentuk latihan dasar perkusi biasa menggunakan single stroke dan double stroke baik dengan satu dan dua tangan. 8-8-16—–> download Pemanasan ini merupakan pemanasan paling dasar dan umum dari segala pemanasan-pemanasan yang ada. diwajibkan kepada para pemain agar dapat menguasai pemanasan ini hingga pada level speed yang terakhir (untuk pemula minimal 5 hari dapat dikuasai, tentunya dengan memerhatikan grip tangannya ya). TUJUAN Untuk merenggangkan pergelangan dan otot-otot sekitar lengan hingga jari, kelingking. Selain itu pada pemanasan ini disertakan bantuan tempo dengan birama 1/4 pada tiap-tiap beat agar para pemain dapat mendengarkan dan merasakan perubahan tempo serta menguasai tempo dengan mark time/beating dalam hati. PERHATIAN Pemanasan ini sangat dasar dan wajib. Diharapkan pemain dapat mengusainya dengan sangat baik hingga level terakhir dengan tempo dan kesamaan suara yang tepat. DIDDLE/ ROLL AnB——>download Pemanasan ini merupakan dasar utama dari pembentukan pola pukulan rolls dengan teknik pukulan double stroke (contoh pemanasan tingkat lanjut menggunakan teknik double stroke dapat didengar langsung pada pemanasan diddle combo, building rolls, dan tripolet), penguasan pemanasan ini hingga pada level akhir sangat diwajibkan, dikarenakan banyaknya pemakaian teknik pukulan double stroke akan digunakan dalam materi-materi lagu baik yang berpola sederhana maupun yang sangat kompleks dengan tempo cepat. TUJUAN Pemanasan ini sangat penting untuk melatih kesamaan, kekuatan dan ketepatan suara pada tiap pukulan baik pada not pertama dan not keduanya pada tiap-tiap pukulan , selain itu tempo yang dipakai pada permulaan yang sangat lambat dapat membantu pemain agar dapat berkosentrasi pada tiap-tiap pukulan hingga pada level terakhir agar tetap (sekali lagi) sama, kuat dan tepat kedua suaranya PERHATIAN Untuk pemanasan DIDDLE/ROLL AnB diharapkan dikuasai terlebih dahulu baru diperbolehkan untuk beranjak pada pemanasan-pemanasan tingkat lanjut yang menggunakan teknik double stroke seperti pemanasan diddle combo, building rolls, dan tripolet MISSION IMPOSSIBLE AKSEN———->download Pemanasan ini merupakan pemanasan dasar untuk melatih pukulan aksen besar dan aksen kecil, pembedaan aksen besar dan kecil adalah berkisar 30-25 cm untuk aksen besar dan 10-5 cm untuk aksen kecil dan selalu konsisten. TUJUAN Pemain diharapkan dapat membedakan dan menerapkan dengan baik pembedaan tiap-tiap aksen dengan benar dan suara tidak menjadi ambigu atau aneh dikarenakan adanya suara perantara antar aksen besar dan aksen kecil, pada pemanasan ini dapat melatih pemain dalam proses pengontrolan tangan dengan sangat baik PERHATIAN Pemanasan ini sepintas sangat sederhana, tetapi dalam penerapannya mungkin diperlukan ketelitian suara, tenaga (power) pukulan dan ketinggian stik yang sempurna untuk menghasilkan suara yang brilian, mohon agar ketiga aspek tersebut diperhatikan dalam tiap-tiap perulangan pada pemanasan ini. DENNIS COMBO———–>download Pemanasan ini merupakan pemanasan pembentukan pola pukulan sixtool , yaitu pukulan dengan 6 pukulan dengan doublehand (kedua tangan) dalam satu ketuk. TUJUAN Pemanasan ini akan membentuk kecepatan tangan dalam periode yang kecil, meluweskan pergelangan tangan dan mengatur tempo dan irama tangan seta membantu meningkatkan skill pengontrolan pukulan tangan PERHATIAN Diharapkan pemain sangat memfokuskan pemanasan ini pada pola pukulan sixtool-nya agar pemain dapat mencapai persamaan suara dan ketepatan yang sempurna. DIDDLE/ROLLS COMBO————->download Pemanasan ini merupakan pemanasan dasar tingkat lanjut memakai teknik pukulan double stroke untuk menghasilkan pola pukulan rolls/diddle dengan doublehand (kedua tangan), yang dimana pada perulangan kedua pukulan pertama diddle/rolls diawali dengan aksen besar (anda tidak usah mengikuti aksennya, hal tersebut hanya untuk membantu timing saudara untuk memulai rollsnya saja) dengan pola pukulan (menjadi seperti) 1/16. TUJUAN Pemanasan ini dapat mempelancar pembentukan suara yang tepat dan ketepatan tempo dalam melakukan diddle rolls dalam bermain musik, dengan power dan tekanan stik yang sama pada tiap-tiap pukulannya (apabila dilakukan dengan cara memukul double stroke dgn benar) dapat menciptakan pukulan double stroke yang sangat baik ( seperti suara rentetan tembakan senjata mesin). PERHATIAN Pemain diharapkan dapat menguasai teknik tersebut hingga pada level akhir agar dapat mempermudah dalam penguasaan materi berteknikan pola-pola pukulan diddle/rolls. BUILDING ROLLS———–>download hampir sama dengan pemanasan diddle/rolls combo, Pemanasan ini dapat membantu pemain dalam pengkonsentrasian lebih pada tiap-tiap pukulan diddle/rolls. TUJUAN Pemanasan ini bertujuan untuk membangun pola pukulan rolls/diddle dengan baik. Pada pola birama perulangan pertama pemain diajak berkonsentrasi padapukulan double stroke not pertama dengan tangan kanan, pada perulangan birama kedua oleh not kedua dengan tangan kiri, perulangan birama ketiga pada not 1 dan 2 dengan tangan kanan dan kiri, pada perulangan birama keempat pada not 2 dan 3 oleh tangan kiri dan kanan dan yang diakhiri dengan diddle/rolls satu birama penuh pada perulangan birama terakhir. PERHATIAN Perhatikan tiap-tiap pola sebelum pola terakhir (tiap perulangan berganti-ganti pola), diharapkan pemain dapat melakukannya dengan baik agar pola tersebut dapat dikuasai, biasanya pola terakhir (pola diddle rolls satu birama), akan terdengar lebih kacau atau lebih lambat dan tidak bertenaga bila pola sebelumnya belum dapat dikuasai dengan benar. TRIPOLET————>download Pemasan ini merupakan pemanasan tingkat lanjut yang merupakan penggabungan dari beberapa teknik, yaitu diddle, aksen diddle, tempo birama 1/8 dengan teknik pukulan single dan double stroke dan pukulan tripolet. TUJUAN Pemain agar dapat menguasai dengan detail tiap-tiap pukulan pemanasan ini dengan bermain bersih dan rapi agar mempermudah dalam bermain musik yang bermaterikan pemanasan ini, selain itu pemanasan ini dapat melatih otak dalam berpikir selagi bermain musik atau pemanasan. PERHATIAN Pemanasan ini sedikit rumit, tetapi penguasan dari pemanasan ini sangat berarti bagi pemain perkusi selagi dalam bermain musik, selain melatih control tangan, pemanasan ini sangat melatih otak dalam berkonsentrasi, diharapkan pemain memperhatikan tiap-tap pukulannya dengan detai dan baik.

Musikalitas dan Leadership

Suatu pandangan teoritik terhadap Marching Percussion Indonesia “The common problems of this two bands are leadership” (Jonathan Fox; ketika membuka komentar di saat masa komentar babak final drumbattle DMC 2009 antara The Beaters Vs BC) Setiap acara besar marching band seperti GPMB dan DMC, pasti tersisa makna positif yang bisa dipetik. Belum lama GPMB 2008 dan DMC 2009 berakhir, tetapi menurut pandangan saya begitu banyak ilmu yang bisa diserap dari kegiatan ini. Dalam hal ini saya lebih membahas ke masalah ilmu marching band. Semua pembahasan dalam artikel kali ini berangkat dari kutipan komentar Jon Fox. SKILL ADALAH SEGALANYA Leadership yang dimaksud Jon Fox disini lebih ke organisasi musik, alias komposisi musik. Seperti umumnya pandangan para perkusionis marching Indonesia, skill adalah segalanya. Dan tidak bisa dipungkiri ada orang-orang yang menstratakan tingkat skill sesuai dengan alat yang dipegangnya. Biasanya sesuai urutan yang paling atas adalah, Snare Drum, Tenor, Bass Drum dan yang paling bawah adalah marching cymbal. Banyak orang yang akan bangga sekali bila ditempatkan di snare drum atau merasa sebaliknya bila ditempatkan di marching cymbal. Tetapi kita harus memahami dulu definisi dari skill tersebut. Skill atau keahlian menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah kemampuan yang mendalam terhadap bidang tertentu. Disini tertulis kemampuan yang mendalam, yang berarti kalo kita hubungkan dengan konsep marching band adalah pengetahuan mendalam dari segala aspek baik musikalitas maupun visual tidak hanya pengetahuan rudimental semata. Pada dasarnya skill musik pada marching percussion terdapat dalam beberapa aspek , dalam hal ini saya berasumsi semua unit mempunyai skill rudimental yang sama rata. Beberapa diantaranya : Efektifitas skill tersebut Jim Casella pernah bercerita tentang bagaimana dia dulu menyeleksi penempatan snare drum di Santa Clara Vanguard. Konsep dasarnya adalah dia tidak perduli seberapa banyak not, rudiment dan visual yang kalian peragakan tapi kalau itu diluar konteks musikal, ‘it’s nothing’. Penempatan Terkadang kita ingin mengeluarkan semua skill dan kemampuan kita pada seluruh lagu, tetapi bila berada di tempat yang salah, maka skill itu tidak akan bersinar. Dalam hal ini kita harus kembali pada konsep dasar; musikalitas. Skill yang baik dapat maksimal pada tempat yang tepat saja. Konsepnya kembali ke sifat dasar alami manusia, yang bila ‘terlalu’ akan jadi tidak menarik. Berarti ‘terlalu’ banyak skill yang ditonjolkan maka secara alami itu tidak akan jadi menarik alias monoton. Penempatan ini juga berhubungan dengan posisi display. Bagaimana mungkin skill cymbal akan dilihat juri kalau dia berada di belakang bass drum. Keseragaman materi skill antar section Dalam hal ini sangat penting untuk pelatih menyeragamkan skill semua lini agar tidak terjadi ketimpangan sehingga harmonisasi tercipta. Pada dasarnya semua berangkat dari snare drum yang match grip, setelah dipecah ke beberapa seksi, maka masing-masing mengembangkan keahliannya di seksi masing-masing. Paradigma snare drum adalah yang paling hebat membuat stagnansi kemampuan alat di seksi lain seperti tenor, bass drum dan marching cymbal. JURI Nah, dalam pandangan saya skill memang segalanya, tapi skill yang bagaimana yang segalanya? Skill yang mencakup semua aspek diatas. Bukan hanya skill rudimental yang tak terkonsep ataupun skill yang hanya membela ego orang tertentu bukan kepentingan tim. Bila hanya snare drum yang beraksi terus menerus memamerkan skill-nya berarti secara tim mereka gagal. Hal seperti ini sering terjadi di dunia per-marching band-an Indonesia. Suatu tim bisa mendapat nilai perkusi tinggi sekali hanya karena snare drum-nya sangat menonjol dalam segi skill rudimental. Kemampuan skill snare drum yang menakjubkan tersebut membuat seksi lain seperti tenor, bass drum, cymbal dan pit section tertutupi atau tidak begitu diperhatikan untuk dinilai. Begitu juga sebaliknya. So pathaetic that kind of judge!(James Ancona) Pandangan juri yang seperti ini yang membuat stagnansi seksi lain. Karena seksi lain kurang dievaluasi. Akibatnya kepentingan tim perkusi secara utuh tidak begitu dihargai, dan ini sangat melenceng dari konsep dasar musikal dan bisa sangat berpengaruh buruk terhadap perkembangan tim perkusi yang seharusnya satu kekuatan yang solid tanpa ada ego skill antar seksi. Juri sangat berperan penting dalam pemahaman paradigma perkusi yang musikal dan berkualitas. Namun terkadang perkembangan pengetahuan juri kalah oleh peserta yang dinilainya. MUSIKALITAS Setelah pemaparan beberapa aspek diatas, ada satu benang merah diantaranya, yaitu musikalitas yang ensemble dan harmonis. Musikalitas tercipta dari kematangan konsep dan komposisi musik. Komposisi musik yang baik tercipta dari beberapa aspek juga, yaitu: Yang mempunyai alur cerita dan kerangka komposisi yang teratur Komposisi dasar biasanya mempunyai, intro, isi lagu, jembatan transisi, reff., closer. Tujuan utamanya adalah untuk menyampaikan pesan lagu dan konsep dengan baik dan jelas. Penggambarannya seperti ini : Bila ada seseorang menyerang kita secara mendadak tanpa basa basi, kita otomatis akan bersikap bertahan dan penasaran disaat penyerangan terjadi. Akibatnya adalah penyerangan tersebut hanya terasa pada saat itu saja tanpa dikenang lama, dan mental penasaran kita akan terkumpul untuk melakukan serangan balik. Tetapi bila kita menyerang dengan konsep dan komposisi yang jelas, maka serangan itu akan dikenang lama karena kita memainkan mental dan emosi lawan, sehingga serangan itu menancap di hati. Yang bisa menciptakan efek suara atau mempertahankan efek suara Originalitas sangat dihargai dalam aspek ini. Ide adalah sesuatu yang tidak bisa dihargai hanya dengan nilai materi. Bila efek suara tercipta dan bisa dimengerti dengan jelas hanya dengan menggunakan peralatan marching percussion menurut saya itu sangat original. Contohnya, suara gendang, suara pukulan, tembakan, suara besi berderit, suara rel, suara beatbox dan lain sebagainya. Efek suara ini berperan sangat penting dalam pencapaian emosional pada efek musik. Komposisi perkusi yangmerupakan perpaduan antara rhytmitik dan melodius juga berperan penting dalam kenyamanan pendengar sehingga akhirnya tercipta efek musik yang berkesan. Organisasi music yang saling bersinergi Kata lainnya adalah harmonisasi antar seksi sehingga tercipta ensemble yang berkesan. Dalam hal ini keterlibatan antar seksi dimaksimalkan seimbang. Tidak ada yang menonjol sehingga menjadi satu kesatuan yang kuat dalam menggempur lawan. Yang ditonjolkan adalah kekuatan tim. Klimaks Lagu yang baik adalah yang mempunyai klimaks agar emosi yang penasaran tadi dapat mendapatkan jawaban dan puas. Klimaks sering disalah artikan sebagai closer, atau disalah artikan sebagai sesuatu yang berakhir keras dan megah. Klimaks adalah sesuatu yang merupakan jawaban dari gejolak penasaran emosi penonton tadi. Sesuatu yang bisa membuat emosi sedikit lega. Sesuatu yang cukup kuat dirasakan dalam bagian lagu. Klimaks bisa berdinamika keras ataupun lembut. Klimaks biasanya terdapat diantara 2/3 dari lagu. Sedangkan Closer atau sisa dari 2/3 tadi adalah penegas klimaks. Musik yang baik dan bisa dinikmati biasanya mempunyai klimaks di antara 2/3 lagunya. Coba perhatikan! Terutama musik klasik yang melegenda. Tension Bow Dalam menciptakan satu komposisi kita harus memikirkan untuk memainkan emosi penonton. Ini diperlukan agar tidak terjadi monoton dalam satu komposisi. Untuk itu sesuai dengan kerangka lagu, kita harus masukkan tipe aransemen yang sesuai dengan grafik tensinya. Pengulangan tensi yang sama akan memicu kemonotonan. Caranya adalah berbekal kerangka lagu, kita harus langsung buat grafik tensi, sehingga emosi penonton terus bergejolak dan penasaran karena mendapatkan tensi yang berbeda tiap bagiannya. Tension bow sangat berguna untuk mewujudkan aspek-aspek diatas. LEADERSHIP Setelah memahami pemaparan diatas baru kita bisa mengerti sekali apa maksud dari komentar Jon Fox . Marching Percussion adalah alat musik. Jadi mainkanlah dengan musikalitas yang baik agar namanya tetap menjadi alat music. Konsep musikalitas diatas harus diterapkan dalam membuat komposisi Marching Percussion, baik di individual contest, drumbattle, percussion contest maupun bermain secara full team. Masing-masing mempunyai tingkat kesulitan tersendiri, tergantung bagaimana kita menyikapinya secara konsep-konsep dasar musikal tidak hanya sekedar kemampuan rudimental. Peran pembuat materi sangat tinggi disini. Leadership : Dalam suatu pagelaran batterie percussion kendali utama dibagi rata ke setiap seksi untuk menonjolkan harmonisasi tim. Konsep dasarnya adalah mengenyampingkan ego antar seksi . Maksud kendali utama adalah, ada saatnya bass drum yang beraksi dan seksi lain menjadi pendukungnya, ada saatnya tenor yang menyerang dan seksi lain back up, begitu seterusnya. Keadaan ini dirancang sedemikian rupa dengan konsep yang matang berdasarkan teori dasar musikalitas tadi. Itu yang terbaik. Dengan menghilangkan strata skill di batterie percussion maka siapa aja bisa menjadi pemimpin dalam satu pagelaran. Dan pada akhirnya komunikasi antar seksi akan tercipta sehingga koordinasi pun lancar. Keterlibatan antar seksi juga adil dan merata, dan pada akhirnya yang menentukan terbaik antar tim bukanlah masalah ‘sepele’ seperti leadership, skill, visual, dan lain sebagainya, tetapi adalah eksekusi di lapangan. Yang bisa memunculkan efek musik dan visual secara konstan, yang bisa mempertahankan grafik, konsep dan alur lagu, yang bisa menjaga emosi tapi stabil membuat emosi lawan atau penonton bergejolak, yang bisa mendapatkan klimakslah yang terbaik. Mungkin langkah awal yang bisa kita lakukan adalah : 1. Pahami lagi konsep skill dan musikalitas 2. Jangan terpaku hanya kepada snare drum saja dalam exploitasi ego skill. 3. Pahamilah! Setiap seksi mempunyai keunikan skill masing-masing yang bisa dieksploitasi secara mengesankan. 4. Lebih digali lagi pengetahuan terhadap seksi yang lain dengan syarat tidak boleh anggap remeh terhadap seksi yang lain. 5. Jangan beralasan karena pelatih adalah mantan pemain snare drum sehingga exploitasi snare drum terjadi. 6. Jangan beralasan karena hanya paham dan nge-fans dengan snare drum, seksi lain jadi kurang diperhatikan dalam memaksimalkan ilmu dan skillnya. 7. Mainkanlah Marching Percussion-mu sebagai alat musik dan sesuai dengan konsep dasar musik bukan sebagai alat untuk menunjukkan ego skill rudimentalmu. Demikianlah pemaparan ini sebagai suatu pandangan saya terhadap keadaan perkusi Indonesia. Pandangan ini merupakan kumpulan hasil dari obrolan dengan orang-orang hebat di bidang perkusi maupun musik secara keseluruhan, diantaranya : Jonathan Fox, Kosin, James Ancona, Jim Casella, Ralph hardimon, Andy Dougharty dan Eric Awuy. Semoga dapat berguna!! Keep on Music!! Viva Marching Band Indonesia!!

Tips memilih tema marching band

Setelah rasa capek yang berlebihan, senang, sedih, haru dan bangga atas anak didiknya yang telah berlaga di sebuah pertandingan maupun penampilan marching band, kini giliran pelatih, pengurus dan pemberi materi yang mulai pusing memikirkan langkah apa yang akan dilakukan tahun depan. Dan setelah melihat banyak band yang bertanding saat itu, maka bertambah pusinglah pelatih, “Paket itu sudah dimainkan band lain, paket yang saya pikir jauh-jauh hari, sudah dimainkan juga, mau mainkan apa lagi yah?” Lalu bagaimana membuat dan menyiasati sebuah bentuk paket penampilan yang efektif namun menarik? Biasanya hal ini merupakan ‘dapur’ masing-masing pelatih kepada bandnya, karena terkadang rahasia kesuksesan suatu band bergantung pada ‘ide dan kreatifitas’-an pemberi materi ini, termasuk saya. Namun apalah gunanya menyembunyikan sebuah ilmu, yang kelak akan ditinggal mati oleh orangnya. Alangkah baiknya menyebarkan ilmu sebanyak-banyaknya kepada khalayak ramai yang berguna untuk memajukan per-marching band-an. Bethul tidhak? (dengan gaya aa’ Gym…) Di Amerika, ilmu menciptakan suatu pagelaran marching band sudah dibukukan dalam berbagai buku pendidikan musik dan marching band. Ada banyak cara dan pedoman dalam merangkai suatu tema pagelaran marching band. Salah buku favorit saya karya Wayne Bailey berjudul “The Complete Marching Band Resource Manual”, dijelaskan banyak mengenai persiapan sebuah marching band menghadapi sebuah penampilan dan pertandingan. Salah satu faktor terpenting adalah menyeleksi musik yang akan dimainkan. Tidak semua musik dapat cocok dimainkan oleh marching band. Sebaiknya ambil lagu yang mempunyai form ABA atau AB. Biasanya dalam puisi atau sajak, banyak memakai istilah ini, sama juga dengan sebuah lagu, dimana A dapat diartikan Verse 1, B diartikan Reffrain (Reff). Apabila lagu tersebut mengikuti standar format ini, maka dengan mudah dapat direproduksi ke lagu marching band. Format AB dapat dengan mudah ditranskripkan ke marching band, dimana polanya dapat berubah menjadi format klimaks di aransemen marching band. Format tersebut bisa berbeda dengan lagu aslinya, sepanjang benang merah lagu tersebut masih ada. Faktor lain dalam memilih lagu adalah, cari di melodi lagu tersebut yang kira-kira dapat menjadi sebuah frase yang klimaks, baik bernuansa kuat dan keras, atau bahkan lembut sekali. Sehingga penggubah lagu dengan mudah mentranformasikan lagu tersebut ke dalam bentuk aransemen marching band. Sang pembuat display pun akan begitu mudah memvisualisasikan gerakan dan konfigurasi display sesuai dengan lagu tersebut. Semua melodi lagu harus mempunyai efek dan emosi secara klimaks (Bailey, 1994). Namun, kebanyakan di lagu-lagu pop sekarang ini, jarang sekali dijumpai melodi yang demikian, sehingga menuntut sang arranger untuk berpikir lebih keras lagi bagaimana mengangkat lagu itu. Setelah mendapatkan gambaran tentang lagu-lagu yang akan dimainkan, tugas arranger selanjutnya adalah bagaimana merangkai semua lagu tersebut ke sebuah tema penampilan. Menurut saya, disinilah letak kreatifitas dan keahlian seorang arranger. Apakah semua lagu tersebut mempunyai benang merah yang sama, sehingga dapat dihubungkan satu sama lain? Apakah lagu-lagu tersebut berkonotasi keras semua, atau lembut semua? Dan apakah melodi-melodi dalam lagu tersebut dapat ditukar-tukar ke setiap lagu, atau dijadikan sebuah Introduction dan Ending sebuah pagelaran? Semua ini membutuhkan pemikiran serius. Sebuah pengalaman menarik, saat saya membuat tema MBUI tahun 2002 mengikuti GPMB, satu hal yang menjadi trigger saya saat itu, adalah bahwa banyak sekali band-band saat itu yang memainkan lagu-lagu DCI dengan transkripsi. Itupun terkadang meniru habis sampai ke display dan pakaiannya. Hal ini membuat saya berpikir untuk ‘mengalihkan’ perhatian ‘DCI-maniac’ kembali menjadi ‘Indonesian-maniac’. Ketertarikan ini ditambah lagi dengan keikutsertaan saya dalam Daya Big Band, pimpinan Prof. Deviana Daudsjah, yang hampir semua repertoire-nya bernuansa lagu daerah. Nah, disini tantangannya. Disaat semua orang mendapat ide dan meniru DCI, tanpa memikirkan benang merah tema, saya harus menyusun lagu-lagu daerah, yang konon susah untuk di gabungkan dalam sebuah pagelaran marching band yang dinamis. Namun tekad saya bulat untuk mengubah animo masyarakat marching band di Indonesia. Mengikuti acuan Wayne Bailey, sayapun membuat suatu grafik pagelaran, berisi garis linear pembentuk karakter dan emosi lagu untuk satu paket. Dari keempat lagu yang akan dimainkan, semuanya harus mempunyai karakter dan emosi yang kontras satu sama lain, agar grafiknya tidak lurus horisontal. Saat itu, saya mulai dengan lagu “Sing-sing So ala bolero” yang bernuansa hening dan pelan, hanya suara snare drum. Berpedoman pada benang merah bolero yang berangsur-angsur keras sampai klimaks dan megah, maka lagu daerah batak ini saya buat sama. Maka jadilah sebuah lagu daerah yang khas namun menggugah. Dr. Steven Grimo menjelaskan, bahwa lagu pertama sebuah pertunjukan harus mendapat kesan “Welcome to our performance!” (Whaley, 2005). Berkesan dan berciri khas merupakan pesan yang harus disampaikan di lagu pertama. Tantangan berikutnya adalah bagaimana dengan lagu selanjutnya? Mau saya apakan benang merahnya? Mudah saja, setelah lagu satu diakhiri dengan klimaks yang keras, maka lagu 2 dapat kita santaikan lagi, mengingat tenaga para pemain sudah terpakai habis saat ending lagu satu, maka kita sebagai arranger, ‘menyiapkan’ lagi tenaga mereka di lagu selanjutnya dengan memulainya dengan antiklimaks. Lagu Gundul-gundul pacul dipilih, bernuansa jazz swing yang ringan, namun terasa enak di telinga. Penonton pun dibuat menikmati lagu ini agar dapat mengikuti tema yang kita buat, ditambah percussion feature penambah greget lagu gundul-gundul pacul. Sedikit ‘bandel’ dengan keadaan, saya masukkan interlude ilir-ilir, dimana hanya pit percussion yang bermain, sembari pemain brass dan battery beristirahat dan menyiapkan tenaga untuk menghentak di lagu ke 4. Puas dengan irama yang tenang, mari kita pacu lagi dengan penampilan yang lebih kencang, keras, dan dinamis. Kompilasi lagu jawa barat dipilih antara lain ‘es lilin dan pileuleuyan’. Nada-nada berkonotasi minor membuat saya berani menggabungkan dengan lagu klasik, agar lebih tegas dan kaku. Lagu pileuleuyan melanjutkan irama lagu ini dengan ‘menabrak’ tempo cepat 150 dengan irama syahdu dengan tempo 85 (ide saya ambil dari lagu 3 Blue Devils tahun 98). Lagu kelima, sebagai lagu pamungkas harus dibuat berbeda dan merupakan kompilasi dan klimaks dari pertunjukan ini. Namun disaat melihat lagu 4 dengan penuh irama keras dan menghentak, sudah waktunya untuk membawa tema ini ke nuansa antiklimaks. Dengan ‘berkedok’ lagu yamko rambe yamko dan cuplikan dari berbagai lagu sebelumnya, dan diikuti dengan sepenggal sing-sing so ala bolero, berangsur-angsur pelan dan lembut dan diakhiri dengan seorang pemain snare drum ditengah lapangan, tanda pagelaran telah usai. Kalau dilihat dari grafik tema, akan terlihat seperti ini: Ilustrasi grafik tema dengan skala bebas. Masih banyak lagi kreatifitas yang bisa diambil dari grafik ini, lagu-lagu yang dipilih sesuai dengan ‘hati nurani’ pelatih, benang merah antar lagu, dan emosi yang diharapkan timbul dari penonton yang mendengarkan. Terus terang, paket ini merupakan salah satu paket yang terpuas yang pernah saya buat dengan MBUI. Jadi, apakah sudah ada tema untuk pertandingan tahun ini? Kita lihat saja nanti… Marbo *Staff pengajar Binus Business School, Jupiter Indonesia Endorser. Referensi: Bailey, Wayne, The Complete Marching Band Resource Manual, University of Pennsylvania Press, 1994 Whaley, Garwood., The Music Director’s Cookbook: Creative Recipes for a Successful Program, Meredith Music Publication, 1st ed, USA, 2005

Materi Dasar Pengajaran Perkusi Marching Untuk Pemula

Pada tulisan ini saya akan membahas bagaimana mempersiapkan materi pengajaran untuk pemain yang sangat baru dan awam tentang perkusi Marching. Tulisan dibawah ini : Bersifat umum tanpa detail materi karena saya percaya masing-masing instruktur lebih mengerti materi kebutuhan unitnya masing-masing. Bersifat ke rencana kerja agar efektif dalam pencapaian keahlian bermain yang diinginkan. Diperuntukan bagi para pemula yang telah dipilih maupun yang lolos audisi oleh instrukturnya untuk masuk perkusi Marching Tidak berdasarkan teori tertentu maupun ketetapan tertentu, tetapi hanya berdasarkan dari hasil kesimpulan pengalaman 10 tahun terakhir dalam mengajar berbagai macam band yang baru lahir di berbagai tempat di Indonesia. Jadi tulisan ini bersifat berbagi pengalaman saya dalam menghadapi band yang baru lahir yang mungkin bisa membantu rekan instruktur Marching Band Indonesia dalam menghadapi para pemula di perkusi Marching. Berikut adalah langkah-langkah pengajaran efektif untuk pemula. A. Teori Dasar Perkusi Marching. - Tujuan : Diharapkan para pemula akan lebih mengerti konsep tentang perkusi Marching, instrumen dasar dan sikap bermain secara keseluruhan. Diharapkan pada akhir materi ini para pemula akan mempunyai motivasi lebih besar dalam mendalami ilmu perkusi Marching. - Materi : Sejarah singkat perkusi Marching (filosofi dasar) Sikap dalam perkusi Marching (attitude bermusik) Pengenalan masing-masing alat meliputi fisik (bentuk, berat, dan point keunggulannya), warna suara dan demo cara memainkan yang benar untuk masingmasing alat agar suara yang benar bisa dikenalkan. Demo pit dan battery Demo perkusi penuh - Durasi : Satu kali latihan penuh. (Min. 2 Jam) B. Teori Musik Dasar - Tujuan : Teori musik sangat penting kepada pemula. Dengan mengerti teori dasar musik diharapkan si pemula akan lancar sight reading dan bisa belajar mandiri tanpa harus didikte. - Materi : Dasar Not Pengenalan Birama Pengenalan harga not dengan contoh pohon not Variasi not 1/8 dan 1/16 Latihan baca variasi not Latihan baca variasi not dengan variasi tempo dan mark time - Durasi pengajaran Diberikan setelah langkah A telah dilewati. Diberikan dalam 2 kali pertemuan masing2 45 menit tiap 3 point. Dilatih terus dengan memberikan materi pemanasan tertulis dari staff pelatih. C. Gripping (Cara Pegang) - Tujuan : Diharapkan pemula mengetahui cara dasar memegang stick dengan benar dan membiasakannya. - Materi : Pengetahuan umum tentang cara Match Grip dengan variannya dan Traditional Grip Match Grip yang dipakai dan detail Traditional Grip - Durasi Pengajaran Diberikan setelah langkah A dan B telah dilewati. Satu kali pertemuan satu latihan penuh Konsisten tiap latihan materi dasar untuk menjaga cara memegang dengan benar. D. Stroking (Cara Pukul) - Tujuan : Diharapkan pemula memahami cara memukul perkusi yang efektif dalam penggunaan anatomi tubuh - Materi : Pemahaman dasar otot yang digunakan dan penerapannya Single Stroke satu tangan (8-8 dan 8-8-16 atau sejenisnya) Single Stroke dua tangan (Timing not 1/16) Pulse (Nadi) Double Stroke (Variant Diddle) Gabungan variasi single stroke satu dan dua tangan Gabungan variasi single satu dan dua tangan dan Pulse Gabungan variasi single satu dan dua tangan, Pulse dan Double Stroke Dinamika dan ekspresi - Durasi : Diberikan setelah langkah A, B dan C dilewati. Seluruh materi satu bulan penuh Perkiraan total durasi pertemuan untuk keseluruhan materi dasar ini adalah dua bulan dengan asumsi latihan dilakukan dua kali dalam seminggu yang tiap latihannya memakan waktu efektif kurang lebih dua jam. Setelah materi dasar ini dilewati dengan baik maka si pemula akan bisa ditempatkan di alat mana pun baik di pit maupun battery. Demikianlah teori dasar yang wajib dikuasai dengan baik dan benar oleh para pemain Marching yang masih baru. Jika materi dasar ini matang maka pencapaian keahlian bermain untuk tahap berikutnya akan terasa lebih mudah dan sangat efektif dalam pencapaian target teknisnya di masing-masing alat. Terima Kasih, Nimon (Program Director Madah Bahana Universitas Indonesia)
Virus.. Makhluk menakutkan dari dunia digital yang kerjaannya merusak dan menghancurkan data. Emang repot gan kalo perangkat kita sudah terinfeksi oleh yang satu ini. Salah satu perangkat elektronik yang riskan terinfeksi virus adalah flash disk, terutama bagi yang flash disknya suka jajan (berganti-ganti pasangan), hehehe.. Nah untuk melindungi flash disk dari virus ada sedikit tutorial untuk membuat flash disk agan kebal terhadap virus.. Mau coba ?? Ayo langsung praktek : 1. Buatlah sebuah folder dalam flash disk agan, beri nama “autorun.inf” (tanpa tanda kutip). 2. Di dalam folder yang baru saja agan buat tadi, buatlah sebuah dokumen notepad. Untuk membuatnya klik kanan, pilih NEW, TEXT DOCUMENT, dan berikan sembarang nama (apa saja) untuk file yang agan buat tadi. Nama ini nantinya akan kita ganti dengan beberapa karakter khusus. 3. Setelah itu, buka program CHARACTER MAP yang ada di START, ALL PROGRAMS, ACCESORIES, SYSTEM TOOLS, dan CHARACTER MAP. 4. Setelah CHARACTER MAP terbuka, pilih font yang embel2nya Unicode, seperti Arial Unicode atau Lucida Sans Unicode. Scroll kebawah sampai agan melihat huruf2 Jepang, Korea, Cina, ato karakter2 yang aneh. 5. Pilih 4 atau 5 karakter yang agan inginkan, trus klik copy. 6. Ubah nama ato rename file teks yang telah agan buat pada langkah ke-2 diatas. Klik kanan pada file tersebut, pilih rename, selanjutnya tekan [CTRL] + [V]. Jangan kaget bila nantinya agan akan melihat karakter berbentuk tanda kotak2 saja. Ga papa kok, itu normal kok. 7. Selesai... Mungkin agan agan semua bertanya2, kok bisa cara sesederhana itu, dan flash disk kita kebal virus?? Begini, Windows ga akan terima kalo ada 2 file yang mempunyai nama yang sama. Nah, karena di flash disk kita uda ada nama autorun.inf, file lain ga boleh lagi pake itu nama. Istilahnya sudah di hak patenkan, jadi, ga bisa di pake oleh yang lain.. Dengan begitu virus udah ga bisa pake nama autorun.inf lagi Lho, kalo ga bisa dipake, kan virus bisa menghapus sendiri file itu ? Trus buat lagi deh autorun.inf yang sesuai sama maunya itu virus ?? Nah, itulah gunanya file teks yang kita buat pake nama aneh tadi. Nama2 aneh itu dianggap virus sebagai karakternya Windows, padahal itu kan karakter unicode. Dan virus sendiri rata2 belum mendukung karakter unicode itu.

Mengembalikan Menu Pada Task Manager

Beberapa dari sahabat-sahabat saya ini mungkin pernah menemui ketika mencoba membuka taks menager kemudian bingung karena pada windows Taks Manager menu menu seperti application, Processes, performance atau Networking hilang begitu saja, seperti yang saya alami. Apabila anda kesulitan untuk menapilkannya kembali munkin tips dari saya ini bisa membantu anda. Untuk mengembalikan menu pada windows Taks Manager sangatlah mudah. Anda tinggal menghapus salah satu register yang ada di regedit. Berikut langkah langkahnya : 1. Klik menu “Start | Run” lalu ketikkan “Regedit” dan tekan “OK”. 2. Masuklah ke dalam entry “HKEY_CURRENT_USER | Software | Microsoft | Windows NT | CurrentVersion”. 3. Ada banyak key yang memiliki fungsi berbeda-beda. Di antara key-key tersebut, klik key “TaskManager” lalu tekan “Delete”. Setelah itu, tutup registry editor dan restart PC Anda. 4.Cek lagi tampilan menu yang ada pada Taks Manager sudah kembali normal.

ASAL MULA VIRUS

ASAL MUASAL VIRUS Virus komputer pertama kalinya tercipta bersamaan dengan komputer. Pada tahun 1949, salah seorang pencipta komputer, John von Newman, yang menciptakan Electronic Discrete Variable Automatic Computer (EDVAC),memaparkan suatu makalahnya yang berjudul “Theory and Organization of Complicated Automata”. Dalam makalahnya dibahas kemungkinan program yang dapat menyebar dengan sendirinya. Perkembangan virus komputer selanjutnya terjadi di AT&T Bell Laboratory salah satu laboratorium komputer terbesar didunia yang telah menghasilkan banyak hal, seperti bahasa C dan C++.1 Di laboratorium ini, sekitar tahun 1960-an, setiap waktu istirahat para peneliti membuat permainan dengan suatu program yang dapat memusnahkan kemampuan membetulkan dirinya dan balik menyerang kedudukan lawan. Selain itu, program permainan dapat memperbanyak dirinya secara otomatis. Perang program ini disebut Core War, yaitu pemenangnya adalah pemilik program sisa terbanyak dalam selang waktu tertentu. Karena sadar akan bahaya program tersebut, terutama bila bocor keluar laboratorium tersebut, maka setiap selesai permainan, program tersebut selalu dimusnahkan. Sekitar tahun 1970-an ,perusahaan Xerox memperkenalkan suatu program yang digunakan untuk membantu kelancaran kerja. Struktur programnya menyerupai virus, namun program ini adalah untuk memanfaatkan waktu semaksimal mungkin dan pada waktu yang bersamaan dua tugas dapat dilakukan. Pada tahun 1980-an, perang virus di dunia terbuka bermula atas pemaparan Fred Cohen, seorang peneliti dan asisten profesor di Universitas Cincinati, Ohio. Dalam pemaparannya, Fred juga mendemonstrasikan sebuah program ciptaannya, yaitu suatu virus yang dapat menyebar secara cepat pada sejumlah komputer. Sementara virus berkembang, Indonesia juga mulai terkena wabah virus. Virus komputer ini pertama menyebar di Indonesia juga pada tahun 1988. Virus yang begitu menggemparkan seluruh pemakai komputer di Indonesia, saat itu, adalah virus ©Brain yang dikenal dengan nama virus Pakistan. PENGERTIAN VIRUS "A program that can infect other programs by modifying them to include a slighty altered copy of itself. A virus can spread throughout a computer system or network using the authorization of every user using it to infect their programs. Every programs that gets infected can also act as a virus that infection grows“ ( Fred Cohen ) Pertama kali istilah “virus” digunakan oleh Fred Cohen pada tahun 1984 di Amerika Serikat. Virus komputer dinamakan “virus” karena memiliki beberapa persamaan mendasar dengan virus pada istilah kedokteran (biological viruses). Virus komputer bisa diartikan sebagai suatu program komputer biasa. Tetapi memiliki perbedaan yang mendasar dengan program-program lainnya,yaitu virus dibuat untuk menulari program-program lainnya, mengubah, memanipulasinya bahkan sampai merusaknya. Ada yang perlu dicatat disini, virus hanya akan menulari apabila program pemicu atau program yang telah terinfeksi tadi dieksekusi. Virus yang terdapat pada komputer hanyalah berupa program biasa, sebagaimana layaknya program-program lain. Tetapi terdapat perbedaan yang sangat mendasar pada virus komputer dan program lainnya. KRITERIA VIRUS Suatu program dapat disebut sebagai suatu virus apabila memenuhi minimal 5 kriteria berikut : 1. Kemampuan untuk mendapatkan informasi 2. Kemampuan untuk memeriksa suatu program 3. Kemampuan untuk menggandakan diri dan menularkan diri 4. Kemampuan melakukan manipulasi 5. Kemampuan untuk menyembunyikan diri.

Mengenal Marching Band


Mengenal Marching Band

Sejarah Singkat Lahirnya Marching Band

Konon Marching Band lahir pada paska Perang Dunia ke II. Kegiatan Ini bermula dari prakarsa para Veteran PD II. Untuk mengenang Patriotisme mereka,bersama generasi muda yang ada dilingkungannya mereka membentuk korps musik dengan memainkan lagu lagu mars nostalgia perang Dunia ke II sambil berparade keliling Kota pada acara – acara Ceremonial maupun Celebration. Pada awalnya kegiatan ini diberi nama Military Band yang kemudian seiring perkembangannya berganti nama Marching Band hingga sekarang.

Berawal dari kegiatan inilah Marching Band kian berkembang dan menjadi kegiatan yang sangat positif yang melibatkan para pemuda dan tidak terbatas pada kegiatan PARADE saja, Marching sudah merupakan jenis entertain musical show yang kaya akan warna warni artistikal, baik musical maupun Visual. Oleh karenanya mereka tidak terbatas memainkan lagu – lagu mars tetapi juga lagu pop,Jaz, bahkan lagu – lagu klasik dan opera kini merupakan bagian dari program musical mereka. Dan hingga kini kegiatan Marching terus berkembang dalam sampai pada tingkat / lembaga pendidikan dasar mulai dari TK, SD sampai pada tingkat Instansi Pemerintahan dan Swasta.

Definisi Marching Band

Marching Band artinya “ Musik Bergerak “ atau “ Musik Berjalan “ . dengan demikian Marching Band adalah kegiatan seni Musik atau musical activity.

Keseluruhan kegiatan Marching Band dibagi dalam 2 bagian pokok yakni Musical dan Visual.
  1. Musical  
kelompok alat perkusi dan kelompok alat tiup. Kelompok ini merupakan kelompok  Melodi karena menghasilkan nada nada musik.
  1. Visual
Kelompok Colour Guard, kelompok ini memberikan nuansa gerak tari dan koreografi yang sangat lekat dengan musik yang dimainkan sehingga menjadi perpaduan yang dinamis.

Keduanya merupakan satu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Bila kita lihat aktivitasnya dari dekat , tata cara yang dilakukan maupun seragam yang digunakan, Apa yang dapat kita lihat manfaat dari kegiatan Marching Band ?